Suatu hari datang 1 sms kepadaku, yang
kurang lebih isinya seperti ini “ Assalamu’alaikum ukhti, bisa bantu isi
mentoring di kampusku ngga?”. Seketika itu aku pun langsung menyetujui setelah adanya
kesepakatan tempat dan waktu mentoring yang ternyata diadakan seminggu sekali.
Seiring
dengan berjalannya waktu, mentoring pun berjalan dengan lancar, yah walaupun
yang hadir bisa dihitung dengan jari. Berbagai macam alasan mereka lontarkan
ketika izin tidak hadir mentoring.
Suatu
sore, terjadilah percakapan antara aku dan temanku. Dia bercerita bahwa disana
kekurangan SDM untuk membimbing adik-adik kelas, walau sekedar untuk sharing
syar’i. Namun setelah ia menceritakan semua, aku dapat menyimpulkan
sesuatu, ya bukan kekurangan, namun lebih tepatnya banyak dari mereka yang
kurang percaya diri dalam menyampaikan sedikit ilmunya. “ Gue ga mahir tentang
agama, malu gue kalo nanti banyak yang nanya”, “ Jangan gue deh,nanti gue yang
ngasih tau, tapi gue juga yang ngelakuin kesalahan itu”.
Mungkin
ada dari kita yang merasakan seperti itu, bahkan bukan ada, tapi banyak. Wahai
kawan, ingatkah kita akan hadits Rasulullah yang artinya “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”?
Seorang sahabat Rasul , Muadz bin Jabal pun pernah mengatakan “Terimalah kebenaran dari setiap
orang yang membawanya, meskipun orang tersebut kafir atau pendosa. Dan
berhati-hatilah terhadap penyimpangan orang yang berilmu”.
Relakah
kita melihat saudara sesama muslim mendapat kebenaran dari seorang kafir? Dan
kita sebagai saudara mereka malah melenggang angkat tangan tak hiraukan apa
yang mereka butuhkan. Padahal, kalau bukan kita, siapa lagi?
Ustadz
Sa’id Hawa menggambarkan pada kita proses untuk menjadi orang yang benar, dalam
karyanya yang berjudul Tazkiyatun Nafs. Terdapat empat proses yaitu benar dalam
niat, benar dalam tekad, benar dalam berkomitmen, dan benar dalam bekerja.
Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang selalu berusaha menjadi orang
yang benar.
Jika
kita merasa ilmu ini tak cukup untuk dibagi, maka mari sama-sama kita terus
mencarinya, bagai harimau yang kelaparan, dia rela berjaga siang dan malam agar
mendapatkan mangsa yang ia butuhkan untuk kelangsungan hidupnya. Allahu a'lam bisshawaab
Sungguh diri ini hanya insan yang lemah
Yang hanya bisa berusaha dan terus
berdoa
Agar Engkau senantiasa meridhoi
setiap langkah
Namun yang ku khawatirkan diri ini,
tak mampu membedakan
Kesucian dan bisikan syaitan
Jakarta, 4 Jumadil Awwal 1435 H
Dengan seluruh cinta untukMu
Dengan seluruh cinta untukMu
Hamba Allah yang penuh dosa
@istifatmasarii
Tidak ada komentar:
Posting Komentar